Minggu, 28 April 2013

***** MENANGIS dan TERTAWA MENURUT SUNNAH *****


“”  Menangis dan Tertawa Menurut Sunnah  “”

Isak tangis orang dewasa tidaklah sama dengan tangisan anak kecil. Menangis bukanlah aib, bukan pula pintu kesengsaraan. Terkadang tangisan dapat menghidupkan hati, menghapus kesalahan dan mendatangkan ampunan ar-Rohman. Dan jangan dikira tertawa atau menertawakan sesuatu adalah hal yang sepele. Apalagi yang menjadi bahan lelucon adalah syari’at Islam yang mulia. Dalam Islam, tertawa dan menangis ada rambu-rambu syar’inya, namun masih banyak saudara kita belum mengetahuinya. Benarlah bahwa hal-hal yang dianggap remeh oleh sebagian kalangan ternyata jika dikaji secara rinci merupakan hal yang perlu diwaspadai.
  “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mener­tawakan dan tidak menangis. Sedangkan kamu melalaikannya? Maka bersujud lah kepada Alloh dan sembahlah (Dia).” (QS. an-Najm 1531: 59-62).’’

   MAKNA AYAT SECARA UMUM
            Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, ketika menafsirkan ayat ini berkata :
“Ayat ini ditujukan kepada para pendusta Ro­sululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam.Pertanyaan pada ayat ini menun­jukkan ingkar dan heran, mengapa mereka mendustakan Rosululloh          , yang membawa ayat dan bukti yang benar. Bukankah Rosu­lulloh Shallallahu ‘alaihi wasallam, pemberi peringatan seperti para utusan sebelumnya. Mengapa mereka tidak khawatir disiksa se­perti disiksanya pendusta risalah para utusan sebelumnya. Oleh sebab itu Alloh Ta’ala berkata : “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini wahai pendusta RosulullohShallallahu ‘alaihi wasallam? Sehingga kamu menertawakan pemberi­taan berupa al-Qur’an ini ? Kamu menertawakan hukum-hukumnya, me­nertawakan Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam, menertawakan ibadahnya dan menghinanya. Kalian merasa heran dan menertawakan dia Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mengapa kamu tidak menangis ketika mende­ngar al-Qur’an karena rasa takut kepada Alloh Ta’ala dan tidak mau kembali kepada yang haq ? Akan tetapi hatimu bertambah keras? – maka kami berlindung kepada. Alloh Ta’aladari hati yang keras ini- dan mengapa kamu menjadi orang yang melupakan al-Qur’an dengan sen­da guraumu dan nyanyianmu? Sebagian kamu bila mendengar ayat Alloh, kamu menyanyi, bukankah itu sifat orang kafir, Alloh‘Azza wa jalla berfirman : “Dan orang-orang yang kafir berkata : “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS. Fushshilat 1411: 26) [1]

MENGAPA BAYI LAHIR MENANGIS
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu Rosululloh Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda :
“Tidak seorang bayi pun yang dilahirkan kecuali telah disentuh oleh setan sehingga ia menangis, kecuali Maryam dan putranya.” [2]
Oleh karena itu orang tua sebaiknya segera memohon perlindungan kepada Alloh Ta’ala untuk anak dan keturunannya yang sedang lahir dari godaan setan yang terlaknat. Silakan membaca surat Ali Imron ayat 31.

BILA MENANGIS MEMBAWA MALAPETAKA
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menyiksa karena air mata atau karena kesedih­an hati. Tetapi Dia menyiksa atau mengasihi sebab ini, -beliau menunjuk ke lidah beliau-.”[3]. Maksudnya Allah Ta’ala menyiksa karena ratapan yang diucapkan lidah ketika menolak takdir Allah Ta’ala atas si mayit.
Meratapi orang mati adalah hal yang tercela karena menunjukkan pelakunya tidak beriman kepada takdir AllohTa’ala atau tidak ridho ketentuan Alloh Ta’ala.
Ummu Athiyyah radhiyallahu ‘anha berkata : “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengambil bai’at (janji setia) pada kami agar tidak meratapi kematian.” [4].
Tatkala suami Ummu Salamah radhiyallahu anha meninggal dunia, Ummu Salamah    radhiyallahu ‘anhahendak menangis bersama wanita yang datang di rumahnya, lalu Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : “Apakah kamu akan memasukkan setan di rumah yang Alloh Ta’ala telah mengusirnya.” Beliau mengulangi dua kali. Lalu Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha diam dan tidak menangis lagi. [5]
-Ibnul Mubarok rahimahullah, berkata : jeritan tangisan akan berbahaya kepada si mayit apabila sebe­lum meninggal dunia si mayit tidak melarang keluarganya dari meratap. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber­sabda :“Sesungguhnya mayat disiksa lantaran tangisan keluarganya.” [6]
Inilah salah satu contoh menangis yang berbahaya. Demikian juga tangisan ketika dirinya atau keluarganya terkena musibah. Manusia memang boleh bersedih tetapi tidak boleh menangis  dengan mengeraskan suara.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mua’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu: “Barangkali kami akan melewati masjidku dan kuburanku.” Lalu Mua’adz menangis karena sedih. Lantas Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Jangan menangis wahai Mu’adz, sungguh menangis dengan keras adalah perbuatan setan.” [7]

KEUTAMAAN MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLOH TA’ALA
Menangis pada umumnya karena sedih, sakit atau tertimpa musibah. Akan tetapi terkadang karena rasa gembira dan haru, semuanya itu hu­kumnya boleh asal tidak seperti tangisan jahiliyah.
Menangis terkadang mendapat pahala bila di­karenakan takut siksaan Alloh, seperti orang yang berbuat maksiat lalu dia sadar dan istighfar, atau menangis karena mengingat kebesaran kekua­saan-Nya atau berharap rohmat dan surga-Nya. Menangislah karena takut kepada Alloh Ta’ala.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
“Tidaklah masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Alloh.” [8]
Ibnu ‘Ajlan rahimahullah berkata : “Setiap tetesan air mata yang mengalir karena membaca al-Qur’an maka dia dirohmati oleh Alloh Ta’ala.” [9]
Adapun di antara contoh menangis karena ta­kut kepada Alloh Ta’ala adalah :
1. Menangis ketika sedang sholat
Dari Muthorrif dari ayahnya, dia berkata : “Aku. melihat Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sholat, dan di dada­nya ada suara seperti suara air yang mendidih karena menangis.”[10]
2. Menangis tatkala membaca al-Qur’an atau membaca Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam [19]:58)
Ibnu Umar  radhiyallahu ‘anhu, ketika membaca Surat al-Hadid ayat 16 (yang artinya): “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh.” beliau radhiyallahu ‘anhu menangis se­hingga membasahi jenggotnya dan berkata : “Wa­hai Alloh.” [11]
3. Menangis pada saat berdzikir dan berdo’a ke­pada Alloh Ta’ala.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : “Ada tujuh orang yang akan mendapat naungan pada hari kiamat, tidak ada naungan kecuali naungan-Nya …
“…Dan orang yang berdzikir kepada Alloh dengan bersepi lalu menetes air kedua matanya… “ [12]
4. Menangis saat melintasi daerah yang berge­limang kemaksiatan.
Abdulloh bin Umar radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata kepada Ashabul Hijr : ‘janganlah kalian memasuki daerah suatu kaum yang telah disik­sa, kecuali dengan menangis. Kalau kamu tidak menangis, janganlah memasuki daerah mereka agar kalian tidak tertimpa apa yang menimpa me­reka.” [13]
5. Menangis apabila keluarga dan masyarakat meninggalkan sholat atau berbuat maksiat.
Az-Zuhri rahimahullah, berkata : “Saya datang kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu di Damaskus dan ia sedang menangis. Lalu saya bertanya : ‘Mengapa engkau menangis?’ Ia menjawab : ‘Saya tidak tahu lagi amal yang aku dapati di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih dipedulikan orang sekarang, selain sholat, itu pun sudah disia-siakan.” [14]
6. Menangis ketika mendengar khutbah atau ceramah.
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, berkata : “pada suatu hari Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berada di atas mimbar lalu bersabda : ‘Ada seorang hamba yang diberi pilihan Alloh Ta’ala antara diberi kemewahan dunia atau di­beri sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya.’ Setelah itu Abu Bakr  radhiyallahu ‘anhu, tampak menangis.” [15]
7. Menangis bila menjumpai ulama sunnah sakit mendekati ajalnya.
Said bin Jubair, berkata : “Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu; pernah bertanya : ‘Apakah hari Kamis itu?’ lalu be­liau menangis hingga air matanya membasahi ba­tu-batu kerikil. Aku bertanya : ‘Wahai Ibnu Abbas, ada apa dengan hari Kamis?’ Beliau menjawab : ‘Pada hari itu penyakit Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bertambah parah kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kemarilah, aku akan menyampaikan untukmu suatu wasiat sehingga kamu tidak akan tersesat setelahku…’.” [16]
8. Menangis karena mengingat dosa
Tholhah Ibnu Mushorif rahimahullah berkata : “Ada orang yang berbuat dosa, maka setiap dosa yang dia ingat dia menangis.” [17]
9. Menangis ketika mendengar adzan
Al-Qodhi Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menangis di masjid ketika mendengar adzan hingga pasir di hadapannya basah olehnya. [18]
10. Menangis ketika berkhutbah
Abu Zaid rahimahullah berkata : “Saya melihat Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, menangis di atas mimbar, tidak mampu bicara karena tangisannya sangat kuat.” [19]
BAHAYA SERING TERTAWA
Tertawa dapat mengeluarkan seseorang dari iman dan Islam. Tertawa yang tidak terkendali bisa berdampak buruk bagi diri dan orang lain. Sering kita jumpai awalnya orang senda gurau lalu berakhir dengan kebencian dan pertengkaran.
Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata : “Banyak dalil yang menjelaskan larangan tertawa yang berlebih­lebihan, karena sering tertawa pasti berdampak ti­dak baik.” Kemudian beliau membacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak mena­ngis.”[20]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Tidak ada hari yang lebih menyedihkan bagi para sahabat dari pada hari itu.” Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata lagi : “Me­reka menutupi kepala mereka sambil terdengar isak tangis mereka.” [21]
Bahkan orang yang sering tertawa akan me­nerima dampak yang buruk. Di antara dampak itu adalah :
1. Mendapat hukuman dari Alloh Ta’ala
“Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan ba­nyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”
2. Hati sulit mengingat Alloh Ta’ala
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguh­nya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [22]
3. Tertawa membatalkan sholat.
Jabir bin Abdulloh radhiyallahu ‘anhu berkata : “Apabila se­seorang tertawa di dalam sholat maka ia ha­rus mengulangi sholatnya dan tidak mengulangi wudhunya.” [23]
4. Terkadang tertawa merupakan bentuk ejekan kepada orang, lantas bagaimana jika yang diejek adalah ahli ibadah?
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sholat di dekat Ka’bah ada Abu jahl beserta kawan- kawannya sedang duduk-duduk di situ. Sehari sebelumnya ada unta korban disembelih. Abu jahl berkata: ‘Siapakah di antara kalian yang mau mengambil kotoran unta di Banifulan lalu meletakkannya di atas kedua pundak Muhammad sewaktu ia sujud? Bangkitlah seorang yang paling jahat di antara mereka dan segera mengambil kotoran itu. Di saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud, ia letakkan kotoran itu di atas kedua pundak beliau. Lalu mereka pun tertawa terpingkal-pingkal sambil saling melirik, sedangkan aku berdiri menyaksikan kejadian itu. Seandainya aku mempunyai kekuatan, niscaya akan aku buang kotoran itu dari punggung Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap saja bersujud, tidak mengangkat kepalanya hingga seseorang mengabarkan kepada Fathimah. Kemudian Fatimah yang saat itu masih gadis kecil datang membuang kotoran dari tubuh ayah-nya. “ [24]
5. Orang yang suka mengundang tawa biasanya berbohong untuk membuat orang lain tertawa.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
“Celakalah orang yang berbicara padahal ia berbohong, hanya sekadar untuk membuat orang-orang lain tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia.” [25]
Hadits ini merupakan peringatan bagi para pelawak dan da’i yang ceramahnya mengundang tawa hadirin.
6. Menertawakan Alloh Ta’ala, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya akan menyebabkan jatuh kepada perbuatan kufur.
Bacalah surat at-Taubah ayat 65-66, dan bacalah firman-Nya :
“Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya.” (QS. az-Zukhruf [43]: 47)
7. Menertawakan orang-orang yang mengamalkan Sunnah.
Mereka dihukum Alloh  Ta’ala dengan dilupakan dari mengingat Alloh Ta’ala.
“Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mener­tawakan mereka.” (QS. al-Mu’minun [231: :110)
8. Orang yang suka menertawakan urusan agama adalah pendusta wahyu dan utusan Alloh Ta’ala.
Baca surat az-Zukhruf [43]: 47, surat an-Ni­sa’[4]:140, al-An’am [6]: 5 dan 10, at-Taubah [9]: 64 dan 65, ar-Ro’du [13]: 32, al-Hijr [15]: 11, al-Kahfi [18]: 56 dan 106, al-Anbiya’ [21]: 36 dan 41, al-­Furqon [25]:41, ar-Rum [30]: 10, dan surat lainnya.
WASPADALAH DENGAN TANGISANMU
Suatu ketika orang-orang munafik merasa gembira karena tidak ikut berperang bersama Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka mengacau orang yang hendak berperang, maka Alloh Ta’ala mengi­ngatkan dengan ayat-Nya :
“Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu me­reka kerjakan.” (QS. at-Taubah [9]: 82)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menerangkan ayat ini : “Dunia ini hanya sebentar, silahkan tertawa wahai orang yang suka tertawa. Jika anda meninggalkan dunia dan mengahadap Alloh Ta’ala, kalian akan menangis sepanjang masa.”
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata : “Ayat di atas menunjukkan ancaman bagi orang yang sering tertawa atau menertawakan orang. Dan bukan berarti kita disuruh menertawakan orang.”[26]
PENYANYI ADALAH PENERTAWA AL-QUR’AN
Janganlah kita membenarkan adanya dakwah yang diiringi dengan lagu, nasyid, rebana dan semisalnya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat pemba­hasan kita ini berkata : “Maksud ayat, “Sedang kamu melengahkannya” mereka itu adalah penyanyi ketika mendengar ayat al-Qur’an dan berlagak sombong.
Ibnul Qoyyim al-Jauzi rahimahullah berkata : “Jika ayat ini dipahami nyanyian maka itu pemahaman yang benar, karena nyanyian mengakibatkan orang benci mendengarkan al-Qur’an, dan orang yang menyanyi suka Benda gurau, melupakan al-Qur’an, berpaling dan berlagak sombong. Ini semua membuat orang lupa ibadah. [27].
Dalam kitabnya Adabul Qodho’, Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Orang yang sering mendengarkan nyanyian tidak boleh menjadi saksi dan kesaksiannya batal.” Lalu beliau rahimahullah membacakan surat an‑ Najm [53] ayat 59-61 dan surat Luqman [31] ayat 6
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Sesung­guhnya Alloh melarang dua suaranya orang yang bodoh: berdendang riang pada saat mendapat nikmat dan suara tangisan pada saat terkena musibah (mer­atapi kematian).” [28]
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Nyanyian adalah awal mula zina.” Makhul             , berkata : “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati. [29]
KAPAN PENERTAWA AKAN DITERTAWAKAN?
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelum menyeru umat agar beribadah kepada Alloh Ta’ala dan tidak menyekutu­kan dengan lainnya, beliau diberi gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya). Tetapi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru manusia agar beribadah kepada Alloh Ta’ala saja, gelar beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam diganti dengan sya’ir majnun (penyair gila)[30] kahin (dukun dan para normal)[31].
Setiap utusan Alloh Ta’ala sebelum Rosululloh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari dengansahirun/majnun (tukang sihir atau gila)[32].
Begitu pula pada zaman sekarang ketika dak­wah salafus sholih menyebar di masyarakat, para da’inya dicela, orang berjenggot dan bercelana di atas mata kaki dicaci dan dihina, padahal mereka mengamalkan Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Alloh Ta’ala mengingatkan kaum muslimin, se­benarnya siapa pelaku pencela Sunnah Rosu­lulloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah me­reka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Muthoffifin [83]: 29)
Mereka melirikkan mata ketika bertemu de­ngan orang yang beriman, orang beriman dicap orang tersesat. Walaupun demikian kaum mus­limin hendaknya bersabar dan tetap istiqomah di atas yang benar sebagaimana istiqomahnya para utusan Alloh Ta’ala dan para sahabatnya. Kelak pada hari kiamat orang mukmin akan menertawakan mereka.
Firman-Nya :
“Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menerta­wakan orang-orang kafir.” (QS.al-Muthofifin [83]: 34)
KAPAN KITA BOLEH TERTAWA?
1. Saat hati gembira atau ada sebab lain yang dibenarkan syar’i.
Tertawa yang diperbolehkan adalah tertawa yang tidak mengeraskan suara seperti kebiasaan orang jahiliyah, akan tetapi cukup senyum dan boleh menampakkan gigi seri
“Sesungguhnya aku dilarang meratap. Dilarang dua su­ara yang jahat: mengeraskan suara ketika tertawa pada saat mendapatkan nikmat, bermain-main, senda gurau dan terompet setan, dan dari suara jeritan menangis pada saat kena musibah, menggaruk wajah, menyobek saku dan teriakan setan.” [33]
2. Saat memberi sesuatu kepada orang lain
Anas bin Malik berkata radhiyallahu ‘anhu“Aku pernah berjalan bersama Rosululloh              beliau mengenakan selendang dari Najran yang pinggirnya kasar. Tiba-tiba seorang badui berpapasan dengan beliau, lalu menarik selendang beliau dengan kuat. Ketika aku memandang ke leher Rosululloh, ternyata pinggiran selendang telah membekas di lehernya karena kuatnya tarikan. Orang itu kemudian berkata : “Hai Muhammad, berikan aku sebagian dari harta Alloh Ta’ala yang ada padamu. Rosululloh, berpaling kepadanya, lalu tertawa dan memberikan suatu pemberian kepadanya.” [34]
3. Saat bergembira ketika mendapatkan nikmat terutama nikmat iman dan Islam
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Kami bertanya : ‘Wahai Rosululloh, apa yang membuat Anda tertawa?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Baru saja satu surat diturunkan kepadaku, yaitu surat al-Kautsar.” (Shohih Muslim 607)
4. Senyum bila menjumpai saudara yang beriman.
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata : “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Jangan meremehkan kebaikan, walaupun hanya sedikit semisal berwajah ceria (senyum) ketika bertemu dengan teman.” [35]
Senyum seperti ini sungguh sangat baik, karena menunjukkan lapang dada. Tetapi harus benar dalam penempatannya. Di antara senyuman yang dianjurkan adalah senyumnya istri kepada suami, orang tua kepada anaknya atau sebaliknya, tuan rumah kepada tamunya, dan kepada manusia secara umum walaupun kepada orang yang hati kita kurang senang kepadanya.
DO’A MENGHILANGKAN DOSA TERTAWA
Terkadang manusia lalai atau lupa sehingga salah dalam berbicara bahkan kadang tanpa disadari telah menyakitkan hati orang lain. Sebaiknya orang yang suka tertawa atau bergurau segera istighfar dan banyak berdo’a.
Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata : “Saya mendengar Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a : “Ya Alloh, ampunilah dosaku, kebodohanku, kebo­rosanku dalam urusanku, dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Alloh am­punilah diriku, kesalahanku, kesengajaanku, kebodohanku, senda gurauku dan semuanya yang ada padaku. Ya Alloh, ampunilah diriku dari dosa yang aku lakukan, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku tampakkan. Engkau yang memajukan, Engkau yang mengundurkan, dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu.” [36]
Akhirnya semoga semua amal kita senantiasa sesuai dengan Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tangisan dan tawa yang diridhoi oleh Alloh Ta’ala.
Sumber: Majalah Al-Furqon, edisi: 12 thn ke 9 Rojab 1431.H, Juni/Juli 2010.M
Catatan Kaki:

[1] Tafsir al-Quran al-Karim, Ibnu Utsaimin rahimahullah 11/40
[2] Shohih Bukhori 4/199
[3] Shohih Muslim 1532
[4] HR. Bukhori 2/106
[5] HR. Muslim 3/39
[6] HR. Bukhori 2/101
[7] HR. Ahmad. Dishohihkan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Shohihah 5/665
[8] HR. Tirmidzi dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam al-Misykah 3828
[9] ar-Riqqotu wal-Buka’ 1/83
[10] Dikeluarkan oleh Imam Lima Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shohih at-Targhib 3/162
[11] ar-Riqqotu wal-Buka’ 1/81
[12] HR. Bu­khori 1/168
[13] Shohih Muslim 5292
[14] HR. Muslim 3089
[15] Shohih Mus­lim 4390
[16] Shohih Muslim No.3089
[17] ar-Riqqotu wal-Buka’ 1/183
[18] ar-Riqqotu wal-Buka’ 1/153
[19] Ar-Riqqotu wal-Buka’ 1/111
[20] Shohih Bukhori 8/217
[21] Shohih Muslim 4351
[22] HR. Tirmidzi 2/50. Dishohihkan Syaikh al-Alba­ni, Silsilah Shohihah 3/4
[23] Diriwayatkan oleh Said bin Man­shur dan ad-Daruquthni
[24] Shohih Muslim 3349
[25] Hadits hasan riwayat Abu Dawud 4/454, Baca Shohihul jami’ 7136
[26] Tafsir al-Qurthubi 8/217
[27] Badaai’ut Tafsir oleh Ibnul Qoyyim al-Jauzi rahimahullah 4/312
[28] HR. Tirmidzi 1005
[29] Rowaiut Tafsir oleh Ibnu Rajjab 2/320
[30] Baca surat al-Shofat [37] : 36,
[31] Baca surat ath-Thur [52] : 29
[32] Baca surat al-Dzariyat [51] : 52
[33] HR. Tirmidzi 4/226
[34] Shohih Muslim 1749
[35] HR. Muslim 8/37
[36] Shohih Bukhori 5/2350

      Wallahu A’lam bisshawwab.........!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 26 April 2013

***** ILMU TAJWID *****


PELAJARAN TAJWID
علم التجويد
QAIDAH BAGAIMANA MESTINYA MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN BAIK
UNTUK PARA PEMULA
di
Susun
Irfan taufiq

معهد التربية الاسلام مفتاح الهدس
DAFTAR ISI
PELAJARAN PENDAHULUAN
-PASAL KE SATU : Hal Nun mati dan Tanwin..........
-PASAL KE DUA : Hal Mim mati ( Sukun ) ...............
- PASAL KE TIGA : Hal mim Tasydid dan Nun Tasydid ...............
- PASAL KE EMPAT : Hal Lam Ta’rif ( alif lam Qomariyyah dan Syamsiyyah )................
-PASAL KE LIMA : Hal Lam tebal dan tipis ( lafad jalaalah ) .................
-PASAL KE ENAM : Hal macam – macam Idghom .....................
1. idghom mutamatsilain
2. idghom mutaqoribain
3. idghom mutajanisain
- PASAL KE TUJUH : Hal membaca hukum Ra’ .....................
-PASAL KE DELAPAN : Hal tentang Qolqolah .........................
- PASAL KE SEMBILAN : Hal tentang bacaan panjang atau Hukum Mad .............................
- PASAL KE SEPULUH : Hal tentang Waqaf ( ‘’ ) ............................
مع النجاح
PELAJARAN PENDAHULUAN
1. Ilmu Tajwid ialah Pengetahuan tentang qaidah dan tata cara untuk membaca al-qur’an dengan baik dan benar .
2. Tujuan ilmu Tajwid ialah memelihara bacaan al-qur’an dari kesalahan dan perubahan
3. Yang terutama yang di bahas dan di pelajari dalam ilmu tajwid ialah huruf – huruf
Hijaiyyah yang 29 huruf , dam bermacam – macam harakah ( baris ) dan bermacam
Macam hubungan
4. Huruf yang 29 itu ialah ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه لا ء ي
5. Belajar ilmu tajwid itu hukumnya ialah fardlu kifayah , sedangkan membacanya dengan baik ( sesuai dengan ilmu tajwid itu ) ialah fardlu a’in .
Pasal ke satu :
( Hal Nun Mati dan Tanwin )
Hukum Nun Mati ( ن ) dan Tanwin itu ada 4 ( empat ) macam :
1, IDZHAR HALQI
Artinya : apabila nun mati atau tanwin menghadapi salah satu huruf idzhar harus di baca jelas dan terang .
-Huruf Idzhar ada 6 ( enam ) yaitu : ع غ ح خ ه ا
Contoh idzhar ialah Seperti : امن . منه . سميع عليم . من غل من dan lain sebagainya
Penjelasan :
Idzhar artinya menjelasakan atau menerangkan , sedangkan Halqi artinya kerongkong an. Huruf yang enam itu di sebut huruf halqi , di karenakan makhrojnya atau tempat keluarnya suara dari mulut ,ada pada kerongkongan atau tenggorokan .
2. IDGHOM
Artinya : apabila nun mati atau tanwin menghadapi salah satu huruf Idghom harus di baca dengan cara di lebur dan di masukan.
Huruf Idghom ada 6 ( enam) yaitu : ر ل و ن م ي
Idghom ada 2 macam, yaitu :
a. Idghom Bighunnah.
Idghom bighunnah ialah : idghom yang memakai ghunnah ( dengung ) , huruf idghom bighunnah ada 4 , yaitu : م ن و ي
Contoh : من يبتغ di baca : wamayy-yabtaghi
جطة نغفر ‘’ : hitthatunn-naghfir
b. Idghom Bilaa ghunnah.
Idghom Bilaa ghunnah ialah : idghom yang tidak memakai ghunnah ( dengung ),
Huruf idghom bilaa ghunah ada 2, : ر ل
Contoh : رحيم غفور di baca : ghafu rur-rahiim
ربهم من ‘’ : mirr-rabbihim
3. IKHFA .
Artinya : apabila nun mati atau tanwin menghadapi salah satu huruf ikhfa , harus di baca dengan samar atau di sembunyikan .( berbunyi N atau NG )
Huruf ikhfa ada 15 ( lima belas ) yaitu : ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
huruf tsb di kumpulkan dalam sebuah kalimat : ذاثنا كم جاد شخص قد سما صف
دم طيبا زد في تقي ضع ظا لما
Contoh ikhfa ialah seperti : عن صلاتهم di baca : ‘angsholaatihim
ما صالحين قو di baca : qaumang shalihiin
4. IQLAB
Artinya : apabila Nun mati atau Tanwin menghadapi huruf ‘’ ba ‘’ (ب ) maka bunyinya berubah menjadi ‘’ M ‘’.
Huruf iqlab ada 1 ( satu ) yaitu : ب
Contoh iqlab ialah , seperti : ميع بصير س di baca : samii’umm bashirun
ن بعدم ‘’ : mimm ba’di
Pasal ke dua
( Hal Mim ( م ) mati ‘’ sukun ‘’ )
‘’ Hukum membaca mim mati (sukun) itu ada 3 ( tiga ) macam : 1. apabila ada mim ( م ) mati atau sukun menghadapi huruf ‘’ ba ‘’ (ب) maka hukum bacaanya di sebut ‘’ IKHFA SYAFAAWI ‘’
Cara membacanya harus samar di bibir dan di dengungkan ...
Contoh : فاصبحتم بنعمته - كلبهم باسط
2. apabila ada mim (م) mati atau sukun menghadapi huruf ‘’ MIM’’ (hidup ,maka hukum bacaanya di sebut “ IDGHAM MIIMY ‘’
Contoh : مالهم من ناصرين و
3. apabila ada mim (م) mati atau sukun menghadapi salah satu huruf hijaiyya selain huruf
‘’ mim ‘’ dan ‘’ ba’’ maka hukum bacaanya di sebut ‘’ IDZHAR SYAFAWI ‘’
Contoh : وهم فيها - لهم في الاخرة
Pasal ke tiga
( Hal Mim Tasydid dn Nun Tasydid )
Apabila ada ‘’ MIM ‘’ (م) bertasydid dan ‘’ NUN ‘’(ن) bertasydid maka harus di baca dengan dengung , dan di sebut bacaan itu , ialah ‘’ GHUNNAH ‘’..
Contoh : - الناس ثم
Pasal ke empat
( Hal Lam Ta’rif / qomariyyah dan syamsiyyah )
Alif dan Lam ( لا ) yang selalu di hubungkan dengan ucapan – ucapan kata benda dalam bahasa arab di sebut ‘’ LAM TA’RIEF ‘’ ( م تعريفلا ).. 1. apabila ada Lam ta’rief (ال ) bertemu atau di hubungkan dengan salah satu huruf yang
14 yaitu : ب ج ح خ ف ق ك م و ه ي ع غ ا
Maka hukum bacaanya di sebut ‘’ ALIF LAM QOMARIYYAH ‘’ cara membacanya harus
Terang , jelas ..huruf yang di atas telah terkumpul dalam kalimat :
بغ حجك وخف عقيمه ا
Contoh : لارض ا di baca : al-ardlu
البئر ‘’ : al-bi’ru
2. apabila ada lam ta’rief (ل ا ) bertemu atau di hubungkan dengan salah satu huruf yang
14 , selain huruf qomariyyah , yaitu : ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن ت , maka hukum bacaannya di sebut ‘’ IDGHAM SYAMSIYYAH ‘’.
Dan cara membacanya harus di masukkan ( di idghamkan ) ke dalam salah satu huruf yang 14 itu , huruf yang 14 di atas adlah huruf syamsiyyah ....huruf tersebut di kumpulkan dalam kalimat : صل رحما تفز ضف ذانعم - دع سوء ظن زر شريفا للكر طب
Contoh : لشمس - النعمة ا
Pasal ke lima
( Hal Lam tebal dan tipis / lafadz jalaalah )
1. Apabila huruf Lam (ل) dalam ucapan Allah , di dahului oleh fathah atau dhommah,maka , Haruslah di baca dengan tebal ( مفحمة )..
Contoh : سول الله - شهد الله ر
2. Apabila huruf Lam (ل) dalam ucapan Allah , di dahului oleh kasrah, maka harus di baca tipis ( ققة مر ) ...
Contoh : عوذ بالله - من امر الله ا
Setiap ucapan Allah (لله ا ), maka di sebut ‘’ LAFADZ JALAALAH ‘’
Pasal ke enam
( Hal Macam – macam Idgham )
1 .Idgham mutamaatsilain ( ادغام متماثلين ).
‘’ Idgham mutamaatsilain ialah : mengidghamkan sesuatu huruf ke dalam huruf yang sama
yang ada di hadapannya .
contoh : :ضرب بعصا ك ا di baca : idlribb bi’ashaka
قد دخلواو ‘’ : waqad dakhaluu 2. Idgham mutajaanisain. ( ادغام متجانسين )
Idgham mutajaanisain ialah : mengidghamkan sesuatu huruf ke dalam huruf yang lain ,
yang makhrajnya ( tempat keluar huruf ) sama , tetapi bunyinya sedikit berbeda.
Yaitu bila : ت ( Ta mati ) menghadapi ط ( Tha )
ت ( Ta mati ) ‘’ د ( Dal )
ط ( Thaa mati ) ‘’ ت ( Ta )
د ( Dal mati ) ‘’ ت ( Ta )
ل ( Lam mati ) ‘’ ر ( Ra )
Contoh : قالت طا ئفة di baca : qalath thaifatun
اثقلت دعوالله ‘’ : Atsqalad da’awallah
لئن بسطت ‘’ : Laimm- basatta
عبد تم : Abattum
قل رب “ : Qur-rabbi
3. Idgham mutaqaaribain (دغام متقا ربين ا )
Idgham mutaqaaribain ialah : mengidghamkan sesuatu huruf ke dalam huruf yang lain ,
Yang bunyi kedua huruf tersebut hampir sama .
Yaitu bila :
ث ( tsa mati ) menghadapi ذ ( dzal )
ب ( ba mati ) menghadapi م ( mim )
ق ( qaf mati ) menghadapi ك ( kaf )
Contoh :
ياهث ذالك di baca : yalhadzdz-dzaalika
يا بني اركب معنا ‘’ : yaa bunayyaram-ma’anaa
لم نخلقكم ا “ : alam nakhluk-kum
Pasal ke tujuh
( Hal maembaca hukum Ra’ )
Cara membaca hukum Ra’ ( ر ) itu ada 2 ( dua ) macam : 1. Yang di tebalkan atau mufakhammah ( مفخمة ) yaitu :
a. Ra’ fathah ( ر ) , contoh : بنا - خبر - ر
b. Ra’ dhammah ( ر ) , contoh : فور - حرمغ
c. Ra’ sukun ( ر ) sedang huruf sebelumnya berbaris fathah atau dhammah , contoh :
فا رجعوا - ترحمون
d. Ra’ sukun ( ر ) yang huruf sebelumnya berbaris kasrah , tetapi kasrah itu bukan asli dari asal perkataan . contoh :
ارفعوا - وارفعوا ارحموا - فارحموا
e. Ra’ sukun ( ر ) yang huruf sebelumnyakasrah asli ,tetapi sesudah huruf ra’ itu ada salah satu dari huruf isti’laa .yaitu : خ ص ض ط غ ظ ق
contoh : لبا لمرصاد - قر طاس
2. yang di baca tipis atau muraqqaqah ( مرققة ) , yaitu :
a. apabila Ra’ ( ر ) berbaris kasrah , baik dalam awal kalimat , pertengahan , dan akhir
contoh : كريم - لفي خسر - فر عون
b.apabila sebelum Ra’ ( ر ) ada huruf ya ( ي ) sukun..
contoh : الفا رمين - ا ر نا
c.apabila sebelum Ra’ ( ر ) sukun itu ada yang berharakat kasrah yang asli , tetapi sesudahnya bukan huruf isti’laa .
contoh : انذر هم - فرعون
‘’ YANG BOLEH DI BACA TEBAL ATAU TIPIS ‘’
Adapun , apabila ada huruf Ra’ ( ر ) sukun , dan huruf yang sebelumnya berharakat kasrah , sesudahnya ada salah satu huruf isti’laa yang berharakat kasrah , maka cara membaca Ra’ ( ر ) tadi , boleh tebal ( تفخيم ) dan boleh juga tipis ( ترقيق ) .
Contoh : من عرضه - بحر ص
Pasal ke delapan
( Hal tentang Qalqalah )
1.Apabila ada salah satu huruf qaf , thaa , ba , jiem , dan dal ( ق ط ب ج د ) yang sukun ( mati ) , dan matinya itu berasal dari bahasa arab , maka hukum bacaanya di sebut ,
‘’ QALQALAH SHUGHRAA’’ ( قلقله صغري ) , dan cara membacanya harus bergerak dan berbunyi seperti memantul .
Contoh : يقطعون - ابرا هيم - نجعل
2.Apabila mati dan sukunnya huruf yang 5 ( lima ) tsb , di sebabkan waqaf ( berhenti ) , maka hukum bacaanya di sebut ,
‘’ QALQALAH KUBRAA ‘’ ( قلقله كبري ) , dan cara membacanya harus lebih jelas .
Contoh : منخلا ق - اولوا لالباب - ما يريد
‘’ Penjelasan :
-Qalqalah artinya getaran suara
-Sughraa artinya yang lebih kecil ( ringan )
-Kubraa artinya yang lebih besar ( berat ) .
Pasal ke sembilan
( Hal tentang bacaan yang panjang atau Hukum Mad )
Mad ialah : memanjangkan bunyi suatu huruf , yang di panjangkan dengan huruf
Mad tsb.
Huruf Mad ada 3 ( tiga ) yaitu : ا و ي
Suatu huruf di baca Mad , apabila huruf tsb , di iringi dengan salah satu huruf
mad, di antaranya :
a. Alif mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ fathah ‘’
contoh : با – تا – ثا – قا – سا
b. Wau mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ dhammah ‘’
contoh : بو – تو – ثو – قو – سو
c. Yaa mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ kasrah ‘’
contoh : بي – تي – ثي – قي – سي
‘’ MAD ADA 2 ( dua ) BAGIAN ‘’
Mad Ashli / mad thabi’i ialah : 1. Alif mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ fathah ‘’
2 .Wau mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ dhammah ‘’ 3. Yaa mati , sesudah huruf yang berbaris ‘’ kasrah ‘’ , yang kesemuanya tidak menghadapi huruf :
- HAMZAH ( ء ) , seperti : ما ء
- Huruf yang bertasydid seperti : من دابة
- Huruf yang di waqafkan, seperti : خا لد
‘’ MAD FAR’I : mad far’i ( cabang ) ada 13 ( tiga belas ) yaitu :
1 .) .Mad Wajib Muttashil ( مد وا جب متصل ) ..
‘’ Mad waajib muttashil ialah : setiap ‘’ mad thabi’i ‘’ menghadapi huruf hamzah ( ء ) dalam satu kalimat, panjangnya , 5 (lima) harkat ..
contoh : جا ء – سما ء – بنا ء – اولؤك – السرا ء ر
2 ) .Mad jaiz munfashil ( مد جا ء ز منفصل ) .
‘’ Mad jaiz munfashil ialah : setiap ‘’ mad thabi’i ‘’ menghadapi huruf hamzah ( ء ) dalam
2 ( dua ) kalimat ..
contoh : انا انزلناه - انا اعطيناك - قوا انفسكم - قالوا امنا - فيها ابدا
3 ) Mad A’ridl lissukuun ( مد عا رض للسكون ) .
‘’ Mad a’ridl lissukuun ialah : setiap mad thabi’i menghadapi huruf hidup dalam satu kalimat,
Lalu di waqafkan , panjangnya 2 s/d 6 harkat .
contoh : الكتاب di waqafkan jadi الكتاب
العليم ‘’ العليم
Keterangan : bila tidak di waqafkan ( di berhentikan ) , maka tidak menjadi mad ‘aridl lissukun , tetapi tetap menjadi ‘’ mad thabi’i ‘’
4 ) .Mad badal ( مد بدل ).
‘’ Mad badal ialah : mad yang terjadi pada hamzah , dengan memakai tanda , baris tegak , terlentang , dan di namai Mad badal ( mad pengganti ) karena baris yang tegak di sana , adalah pengganti dari pada hamzah , panjangnya 2 ( dua ) harkat ..
contoh : ا د م asalnya ااد م
ا من ‘’ اامن
Dari menurut pendapat ulama Qiraat yang lain adalah sbb : MAD Badal ialah : setiap mad yang di dahului oleh ‘’ hamzah ‘’ pada awal kalimat .
5. ) Mad I’wadl ( مد عوض ) ..
‘’ Mad i’wadl ialah : setiap ‘’ fathahtain ( ) menghadapi alif ( ) lalu di waqafkan ( di berhentikan ) , kecuali hurup ‘’ TA MARBUTAH ( ة ) ,panjangnya 2 (dua) harkat ..
Contoh : عليما di baca عليما
حكيما ‘’ حكيما
6.) Mad laazim mutsaqal kalimii ( مد لازم مثقل كلمي ) .
‘’ Mad laazim mutsaqal kalimii ialah : setiap ‘’ mad thabi’i ‘’ menghadapi huruf yang bertasydid , panjangnya 6 (enam) harkat ..
Contoh : ولا الضا اين - من دابة - حا ج
7.) Mad laazim mukhaffaf kalimii ( مد لازم مخفف كلمي )
‘’ Mad laazim mukhaffaf kalimii ialah : Mad Badal menghadapi hurup yang sukun (mati) ,
panjangnya 6 (enam) harkat ..
contoh : الان asalnya االان
8.) Mad laazim harfi musyba’ ( مد لازم حرف مشبع )
‘’ Mad laazim harfi musyba’ ialah : Huruf – huruf yang ada pada awal surat Al-qur’an,
yang harus di baca panjang , panjangnya 6 (enam) harkat .
-hurupnya ada 8 ( delapan ) yaitu : ن ق ص ع س ل ك م
Hurup tsb di kumpulkan dalam kalimat نقص عسلكم
Contoh : ق di baca قاف
يس يا سين
Keterangan : huruf – huruf tsb , di baca menurut nama asal dari masing – masing huruf .
9.) Mad laazim mukhaffaf Harfi ( مد لازم مخفف حرف ) ..
‘’ mad laazim mukhaffaf harfi ialah : Huruf – huruf yang ada pada awal surat al-qur’an ,
yang harus di baca panjang , panjangnya 2 (dua) harkat ..
hurufnya ada 5 (lima) yaitu : ح ي ط ه ر
dan huruf tsb di kumpulkan dalam kalimat : حي طهر
contoh : طه di baca طا ها
حم ‘’ حا ميم
Keterangan : dalam membaca ح , حم panjangnya 2 (dua) harkat , sedangkan , م
panjangnya 6 (enam) harkat ..
10.) mad Layyin ( مد لين ) ..
‘’ Mad Layyin ialah : apabila Wau atau Yaa mati ( ي و ) yang di dahului oleh huruf yang berbaris ‘’ fathah ‘’ .
Contoh : خوف - والصيف - اليوم
11.) Mad shilah ( مد صله ) ..
‘’ mad shilah ada 2 ( dua ) macam :
a. Mad shilah qashirah ( مد صله قصيره ) ,
Mad shilah qashirah ialah : ه atau ه yang di dahului oleh huruf hidup , di bacanya
Pendek 2 9dua) harkat .
Contoh : له – انه – بيته – به – رجعه – كله
Penjelasan : tidak ada mad ( tidak di baca panjang ) ه atau ه tsb , apabila ,
a. Di dahului oleh huruf yang mati , seperti
فيه – منه – اليه – عنه – فكذبوه
b. ه atau ه itu , menghadappi huruf yang mati .
Contoh : ربه الا عاي - به الحق - واه الحمد - له الملك
b. .Mad shilah thawiilah ( مد صله طويله )
‘’ Mad shilah thawiilah ialah : mad shilah yang pendek dan di iringi oleh hamzah , panjangnya , 2 s/d 5 harkat ..
Contoh : انه اضحك - علي ظهره ان - ما له اذا تردي - يحسب ان ما له اخلده
12. Mad farqu ( مد فرق ) .
‘’ mad farqu ialah : mad badal yang di iringi oleh huruf yang bertasydid , mad ini di sebut
Mad farqu ( beda ) , karena dengan mad tsb , dapat membedakan antara kalimat bertanya
( istifham ) dengan kalimat berita ( khabar ) . panjangnya : 6 ( enam ) harkat ...
Contoh : قل الذكرين asalnya : قل االذكرين
قل الله ‘’ : قل الله
13 . mad tamkin ( مد تمكن ).
‘’ Mad tamkin ialah : mad yang terdiri dari 2 ( dua ) huruf ‘’ YAA ‘’ yang bertemu dalam
Satu kalimat , sedangkan yang pertama berbaris kasrah dan bertasydid dan yang ke dua mati . panjangnya : 2 (dua) s/d 6 harkat .
Contoh : حييتم - والنبيين - اميين - عليين - حواريين - نصرانيين
14 . Isymaam ( اشمام )..
Contoh : لاتامنا : سورة يوسف 11 di baca : Laa ta’maunna
Asalnya : لا تامننا
Penjelasan : Isymaam hanya ini saja ( tak ada yang lain )
15 . Imaalah ( اماله ).
Contoh : بسم الله مجرها و مرسها : سورة هود 11
Pasal ke sepuluh
(Hal tentang waqaf ( ‘’ ) )
‘’ TANDA WAQAF ‘’
A . harus berhenti : : وقف لا زم ( م )
B waqaf muthlaq : وقف مطلق ( ط )
C Boleh berhenti / tidak : جاءزوقف ( ج)
D boleh berhenti : وقف مجوز ( ز )
E boleh berhenti : وقف مر خص ( ص )
F di hentikan lebih utama : الوقف اولي (قف قلي )
G di sambung lebih utama : الوصل اولي ( صلي )
H di katakan , disini boleh waqaf : قيل : عليه الوقف (ق)
I Tidak boleh berhenti : عدم الوقف (لا)
J Seperti waqaf sebelumnya : كذالك مطابق علي ما قبله ( ك)
K Seperti waqaf muthlaq : ( )
L Tanda Rubu’ atau akhir surat : ( ع- ء )
M Bila berhenti ,berhentilah pada satu tanda tsb, : ( )
Jangan pada keduanya ..
Penjelasan :
1.Tanda adalah tanda tidak boleh berhenti ,
Apabila berhenti karena habis nafas misalnya , maka bacaan harus di ulangi .
2.Tanda adalah tanda: bahwa waqaf di sana,sama dengan waqaf yang
Sebelumnya.misalnya : waqaf yang sebelumnya itu : ( ) maka di sanapun berarti waqaf
( ) juga .
3.Tanda adalah tanda : Bila mau berhenti,maka berhentilah pada salah
Satu dari kedua tanda waqaf tsb.janganlah berhenti pada keduanya .
Contoh : ذالك الكتاب لاريب فيه
Boleh berhenti pada لاريب dan ,
Boleh berhenti pada فيه tatapi jangan berhenti ريب dan فيه
WAQAF DAN WASHAL
‘’ Waqaf ialah : menghentikan bacaan di akhir kalimat.
Contoh di waqafkan : الحمد لله رب العلمين menjadi الحمد لله رب العلمين
‘’ Washal ialah: bacaan yang di sambung (di teruskan) dengan kalimat berikutnya,
Dan huruf terakhir dari kalimat tsb,di baca dengan memakai baris ( harakat) walau asalnya mati ( sukun ) ...
a.contoh kalimat yang asalnya hidup di washalkan :
الحمد لله رب العالمين الحمدلله رب العالمين
b.kalimat yang huruf akhirnya mati,di sambung dengan kalimat yang huruf awalnya
mati , dan di baca bebaris kasrah , contoh :
قل الله قل الله
c.kalimat yang bertanwin di sambung dengan huruf mati , tambahlah dengan ‘’NUN MATI’’
berbaris kasrah , contoh :
محمدا الذي di baca محمدن الذي
d.dhamir jama’ mudzakkar pada umumnya di beri baris dhammah . contoh :
عليهم الله di baca عليهم الله
CARA MEWAQAFKAN
Pokok dalam mewaqafkan , ialah dengan mematikan huruf terakhir dari suatu kalimat :
1.Kalimat huruf yang akhirnya berbaris : ......................................................................
Blia di waqafkan,maka huruf akhirnya harus di matikan .
Contoh :
هو di baca هو
هي ‘’ هي
رسل - رسل - رسل ‘’ رسل
2.Kalimat – kalimat yang huruf akhirnya bertanwin fathah ( ....... ) ,waqafnya dengan alif
Membuang satu baris dari tanwin fathah tsb. Dan alif yang ada di sana sebagai gantinya .
Contoh : حكيما di baca حكيما
Dan kalimat-kalimat yang huruf akhirnya huruf ‘ YAA ‘ ( ) dan bertanwin
Fathah,maka waqafnya dengan alif pula .
Contoh : هدي di baca هدي
Kecuali kalimat yang huruf akhirnya ‘ TAA MARBUTHAH ‘ ( ة ) , bila di waqafkan harus di baca ‘ H ‘ ( ه ) ..
Contoh : سا عة – ساعة di baca ساعه
3.WAQAF ISYARAH / WAQAF RAUM ( وقف اشارة – وقف روم )
‘’ Waqaf isyarah atau waqaf Rom ialah : mewaqafkan suatu kalimat yang huruf akhirnya
hidup dan huruf sebelumnya mati , di sebut waqaf isyarah karena ketika kita membacanya
kita hanya berisyarah saja.bahwa di sana ada huruf yang di matikan sekedar terdengar oleh yang membaca dan oranng yang terdekat .
contoh : في الارض di waqafkan في الارض
ليلة القدر ‘’ ليلة القدر
4.Kalimat yang huruf akhirnya bertasydid,maka waqafnya dengan mematikan huruf yang akhir ,tetapi huruf tasydidnya tetep ( jangan di buang ) .
Contoh : ليسجنن – بهن di baca ليسجنن – بهن
5.Kalimat yang huruf akhirnya ‘’ YAA’’ ( ) maka waqafnya dengan mematikannya .
Contoh : اياي di baca اياي
خطا ياي ‘’ خطا ياي
6.Kalimat yang ketika di waqafkan sa dengan waktu ketika washal ialah :
Contoh : فقولا – ادخلوا – ادخلي – ما هم – الهجي – من دوي – سعوا – ذواتي
‘’’’ TASHIL ‘’’’ ( تسهيل )
‘’ PENJELASAN ‘’
Dalam membaca : ااعجمي - سورة حم السجدة 44
harus di baca tashil , maksudnya : HAMZAH kedua dari kalimat tsb.tidak jelas di baca fathahnya,hal ini di bandingkan dengan ‘’an’’ dari kata ejaan ,pada lisan sebagian orang jawa ‘’an’’ itu tidak jelas berbunyi an,melainkan seperti ‘’an’’ yang di panjangkan
(ejaan bacaan) yaitu : ااعجمي di baca اعجمي
Panjangnya 2 (dua) harkat atau satu alif ( ) .