Selasa, 24 September 2013

*** MENCARI KETENANGAN HATI ***

                                         MENCARI KETENANGAN HATI                                  
USAHA  MENJAGA  HATI 
Begitu banyak dalil-dalil dari al-Qur'an dan Sunnah yang berbicara masalah hati, menganjurkan agar senantiasa bersih dan suci. Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentang hatimu, bacalah firman Alloh عزّوجلّ berikut ini:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

 ‘’ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya ‘’ . (QS.al-lsra'[17]:36)
            Maksudnya, setiap anggota badan yang disebutkan di dalam ayat ini akan ditanya tentang apa yang ia perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami' li Ahkamil Qur'an 5/169)
           Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلب         

 ‘’ Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.’’ (HR. Bukhari 52, Muslim 1599)
            Sahabat mulia Abu Hurairah رضي الله عنه mengatakan: "Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula seluruh prajuritnya." (Majmu' Fatawa 10/15)
            Sahabat yang lain, Salman al-Farisi رضي الله عنه mengatakan: "Setiap orang mempunyai amalan yang lahir dan batin. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya, sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya maka Allah akan merusak amalan lahirnya." (Az-Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal. 17, Hilyah Auliya 1 /203, lihat Ma'alim fi  Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
            Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak perhatian terhadap hati merupakan sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut ini.
           Hasan al-Bashri رحمه الله berkata: "Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hamba-Nya terletak pada baiknya hati." (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
           Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: "Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua perkara,sedangkanamal-an anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyem-purnanya. Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal per-buatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya sedangkan anggota badan adalah cabang darinya." (Bada'i Fawaid 3/224)
              Imam asy-Syathibi رحمه الله mengatakan: "Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila lahiriahnya istiqamah maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaidah yang umum pada masalah fiqh, seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah ini sangat bermanfaat dalam syariat ini." (al-Muwafaqat 1/233)
              Imam Ibnu Muflih رحمه الله mengatakan: "Baiknya hati sumber segala kebaikan dan rusaknya hati sumber segala kejelekan, karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: 'Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.' Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin." (al-Adab asy-Syar'iyyah 3/111) 
                                                                   
KETENANGAN HATI
              Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia telah membuai sebagian manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya mengejar dunia serta lupa akan akhirat, merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati.
              Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan: "Hati saya sedang gelisah, gersang, dan tidak tenang", "Aku melakukan dosa ini demi ketenangan hati", "Ah... biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan tenteram."
             Alasan seperti itu, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah dengan berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid'ah seperti dzikir bersama? Ingatlah, mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu Ilahi, alih-alih ingin menggapai ketenangan hati malah beban pikiran semakin bertambah dan hati semakin tidak karuan.
             Semoga Allah merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan: "Menyucikan jiwa lebih berat dan lebih sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa menyucikan jiwanya dengan cara riyaadhahah
[1] menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, dia laksana orang sakit yang mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan dokter? Para rasul, mereka adalah dokternya hati.Tidak ada cara untuk menyucikan jiwa dan membagusi hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk, patuh, dan berserah diri." (Madarijus Salikin 2/328)
1. Istilah kaum sufi, maksudnya melatih diri untuk menuju Alloh. 
KIAT MENGGAPAI KETENANGAN HATI 
           Setelah kita pahami bersama, bahwa mencari ketenangan jiwa harus melalui bimbingan wahyu dan petunjuk para rasul, maka berikut ini kami berikan sebagian kiat-kiat syar'i yang kami nukilkan dari sebagian kitab para ulama.[1] Pahamilah dan resapi, semoga hati kita menjadi baik kembali.                                                                   
                                                                    
1. Sub pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Zadul Ma'ad 2/23 karya Imam Ibnul Qayyim dan al-Wasail al-Mufidah lil Hayatias-Saidah oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa'di dengan tambahan referensi lainnya oleh penulis. 

1. Tauhid, Iman, dan Amal Shalih 
            Banyak orang salah persepsi dalam memaknai kebahagian dan ketenteraman. Begitu banyak orang yang menyang ka bahwa ketentraman itu hanya dengan harta yang banyak, makanan yang enak, rumah yang luas, dan istri yang cantik. Sebagian yang lain mengartikan bahwa ketenangan itu tercapai apabila badan ini sehat dan ekonomi tercukupi. Persepsi semacam ini tidak seluruhnya benar, memang manusia difithrahkan untuk mencintai wanita, harta, dan anak-anak, tetapi hal itu bukan segala-galanya. Esensi kebahagian dan ketenangan adalah dengan bertauhid, mengesakan Allah, bahwa Dialah satu-satunya llah yang berhak di ibadahi, beriman dan mengerjakan amalan shalih; hal ini sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ    

 ‘’ Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ‘’. (QS. an-Nahl [16]: 97) 
             Tauhid seorang insan apabila semakin kuat dan sempurna akan menambah kelapangan hati dan ketenangan. Alloh عزّوجلّ berfirman:

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِّن رَّبِّهِ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
 ‘’ Maka apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang keras hatinya)? Maka kecelakaan besarlah mereka yang telah membatu hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata ‘’. (QS. az-Zumar [39]: 22)
Firman Allah yang lain:

فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ 


 ‘’Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. ‘’ (QS. al-An'am [6]: 125)
            Imam Ibnul Qayyim berkata: "Di antara bentuknya adalah cahaya keimanan yang Allah tanamkan pada diri seorang hamba. Apabila cahaya ini telah tertanam, akan melapangkan dada dan membuat hati senang. Sebaliknya apabila cahaya ini hilang maka seorang manusia akan berada dalam kesusahan dan kesempitan, bagaikan orang yang berada dalam penjara yang sempit lagi sulit." (Zadul Ma'ad 2/24)

2. Ilmu 

            Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم, bukan ilmu duniawi atau ilmu yang dilarang seperti sihir dan lainnya.
[1] Semakin luas ilmu seseorang, semakin lapang dan tenteram pula dada dan hatinya. Apa rahasianya? Karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing menuju kebaikan, ia menjadi hamba yang paling takut kepada Allah. Selalu berhias dengan perangai ketaqwaan. Allah عزّوجلّ berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

 ‘’ Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama ‘’ (QS. Fathir [35]: 28)
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ 

 ‘’ Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya. (HR. Bukhari 71, Muslim 1037)
              Imam Nawawi رحمه الله berkata: "Di dalam hadits ini ditunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketaqwaan." (Syarah Shahih Muslim 7/104)

3. Dzikir

              Kebutuhan dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Dzikir bagi hati ibarat air bagi seekor ikan, maka bagaimanakah keadaan ikan jika dipisahkan dari air?" (al-Wabilush Shaib hal. 93)

Allah عزّوجلّ berfirman:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

 ‘’ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram.’’ (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
             Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di: "Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa hati tidak akan tenang kecuali hanya dengan dzikir." (Taisir Karimir Rahman hal. 372)
             Akan tetapi ingatlah selalu bahwa dzikir itu adalah ibadah, maka harus sesuai dengan tuntunan syar'i dalam pelaksanaannya, tidak sebagaimana metode-metode dzikir yang berkembang dewasa ini yang jauh dari rel syar'i.

4. Berbuat Baik Kepada Manusia

              Orang yang berbuat baik kepada manusia -baik dengan harta, kedudukan, dan badannya- adalah orang yang paling bahagia dan lapang hatinya. Sedangkan orang yang bakhil, dia adalah orang yang paling susah dan sempit jiwanya; dia sering mengeluh dan bersedih. Maka bersegeralah wahai saudaraku, berbuat baiklah kepada sesama! Semoga Alloh memberi ganjaran yang besar kepadamu.
Allah berfirman:

ل
اَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً 

 ‘’ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shadaqah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ‘’ (QS. an-Nisa'[4]: 114)
             Syaikh Abdurrahman as-Sa'di رحمه الله mengatakan: "Alloh mengabarkan dalam ayat yang mulia ini bahwa perkara-perkara di atas semuanya adalah kebaikan. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan menolak kejelekan. Seorang muslim yang hanya mencari pahala maka Alloh akan memberinya pahala yang besar, di antara bentuknya ialah dengan menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan segala kotoran penyakit. (al-Wasail al-Mufidah hal. 13)

5. Hilangkan Penyakit Hati

              Hati dapat merasakan sakit sebagaimana anggota tubuh lainnya. Kalau sakitnya badan perkaranya mudah, banyak obat bisa dicari. Namun kalau hati ini telah sakit, terpenuhi racun kotoran hati maka obatnya tidak boleh sembarangan, harus benar-benar mujarab. Oleh karena itu wahai saudaraku, jauhilah racun perusak hati; di antaranya: banyak bergaul, bicara, makan, tidur, dan banyak memandang. Perkara-perkara semacam ini membuat hati sempit, malas, dan bahkan membawa matinya hati.

1. Lihat penjelasan yang bagus oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/488-494, lihat pula AL FURQ0N edisi 1 /IV (1425H). 

6. Mentadabburi al-Qur'an 

               Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengatakan: "Hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan keyakinan. Tidak ada jalan untuk menggapai iman dan keyakinan kecuali dengan al-Qur'an. Karena tenang dan tenteramnya hati termasuk keyakinannya terhadap al-Qur'an, dan guncangnya hati pertanda keraguannya. Dengan al-Qur'an dapat tergapai keyakinan dan tertolak keraguan, sangkaan, dan kebimbangan. Maka tidak akan tenang hati seorang muslim kecuali dengan al-Qur'an." (Madarijus Salikin 2/535)

Alloh عزّوجلّ berfirman: '

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

 ‘’ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.’’  (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
              Maka mulai detik ini, renungi dan pahamilah al-Qur'an, kaji lebih dalam lagi, jangan engkau berpaling darinya, karena Allah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS.Thaha [20]: 124) 
OPTIMIS MENATAP MASA DEPAN 
              Wahai saudaraku seiman... janganlah engkau bersedih, gundah, dan resah dalam menghadapi kehidupan ini. Ingatlah, dunia ini adalah tempat perjuangan, problematika yang menghadang hanyalah bumbu kehidupan yang akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu dan kuatnya keimananmu. Berdo'a dan memintalah tolong kepada Allah dalam menghadapi persoalan hidup, bersemangatlah selalu untuk menggapai yang bermanfaat, lupakan yang telah berlalu dan janganlah ungkit-ungkit kejadian yang telah lewat, semangatlah dalam menghadapi hari depanmu. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
 ‘’ Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh, dan janganlah lemah. Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan: "Andaikan aku mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu." Akan tetapi katakanlah: "Qadarullah wama Sya'a Fa'al (Semua ini taqdir Allah, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki)." Karena kata lau (andaikan) membuka pintu bagi amalan setan. (HR. Muslim 2664, Ibnu Majah 79, Ahmad 2/366) 
       Akhirnya kita memohon kepada Allah agar memperbaiki hati-hati kita, menjadikannya bersih dari segala kotoran, tenang, dan tenteram. ....Amiin.
        Wallahu A'lam





-           IR        -

*** 62 KATA-KATA HIKMAH UNTUK RENUNGAN BERSAMA ***

62 KATA-KATA HIKMAH  
  RENUNGAN BERSAMA

1. Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.
2. Dunia ini umpama lautan yg luas. Kita adalah kapal yang belayar di lautan telah ramai kapal karam didalamnya.. andai muatan kita adalah iman, dan layarnya takwa, niscaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini.
3. Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.
4. Setiap yang kita lakukan biarlah jujur karena kejujuran itu sangat penting dalam sebuah kehidupan . Tanpa kejujuran hidup senantiasa menjadi mainan orang.
5. Hati yg terluka umpama besi bengkok walau diketuk sukar kembali kepada bentuk asalnya.
6. Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kesempitan hidup ada kekuasaan ilmu.
7. Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan. Hidup tanpa pegangan ibarat buih-buih sabun. Bila-bila masa ia akan pecah.
8. Kegagalan dalam kemuliaan lebih baik daripada kejayaan dalam kehinaan. Memberi sedikit dengan ikhlas pula lebih mulia dari memberi dengan banyak tapi diiringi dengan ria.
9. Tidak ada insan suci yang tidak mempunyai masa lampau dan tidak ada insan yang berdosa yang tidak mempunyai masa depan.
10. Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu. Tetapi kata-kata yang kasar dapat mengasarkan hati yang lunak seperti sutera.
11. Lidah yang panjangnya tiga inci boleh membunuh manusia yang tingginya enam kaki.
12. Agama tidak pernah mengecewakan manusia. Tetapi manusia yang selalu mengecewakan agama.
13. Nafsu mengatakan perempuan itu cantik atas dasar rupanya. Akal mengatakan perempuan itu cantik atas dasar ilmu dan kepintarannya. Dan hati mengatakan perempuan itu cantik atas dasar akhlaknya.
14. Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam di atas batu yang hitam di malam yang amat kelam. Ianya wujud tapi amat sukar dilihat.
15. Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan
kebahagiaan.
16. Seseorang yang bijak melahirkan kata-kata selalunya disanjung sehingga ia mula bercakap kosong.
17. Harta akan habis digunakan tanpa ilmu tetapi sebaliknya ilmu akan berkembang jika ianya digunakan.
18. Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan. Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha Berkuasa.
19. Sahabat yang tidak jujur ibarat dapur yang berhampiran. Jikalau pun kamu tidak terkena jelaganya sudah pasti akan terkena asapnya.
20. Mengapa manusia gemar mencetuskan pertelingkahan sedangkan manusia itu sendiri dilahirkan dari sebuah kemesraan.
21. Kita sentiasa muda untuk melakukan dosa tetapi tidak pernah tua untuk bertaubat.
22. Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan.
23. Setiap mata yang tertutup belum bererti ia tidur. Setiap mata terbuka belum bererti ia melihat.
24. Jadikan dirimu bagai pohon yang rendang di mana insan dapat berteduh. Jangan seperti pohon kering tempat sang pungguk melepas rindu dan hanya layak dibuat kayu api.
25. Menulis sepuluh jilid buku mengenai falsafah lebih mudah daripada melaksanakan sepotong pesanan.
26. Jangan menghina barang yang kecil kerana jarum yang kecil itu kadang-kadang menumpahkan darah.
27. Kegembiraan ibarat semburan pewangi, pabila kita memakainya semua akan dapat merasa keharumannya. Oleh itu berikanlah walau secebis kegembiraan yang anda miliki itu kepada teman anda.
28. Esok pasti ada tetapi esok belum pasti untuk kita. Beringat-ingatlah untuk menghadapi esok yang pastikan mendatang.
29. Reaksi emosi jangan dituruti kerana implikasinya tidak seperti yang diimaginasi.
30. Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar. Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.
31. Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca kerana membaca itu sumber hikmah menyediakan waktu tertawa kerana tertawa itu muziknya jiwa, menyediakan waktu untuk berfikir kerana berfikir itu pokok kemajuan, menyediakan waktu untuk beramal kerana beramal itu pangkal kejayaan, menyediakan waktu untuk bersenda kerana bersenda itu akan membuat muda selalu dan menyediakan waktu beribadat kerana beribadat itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.
32. Penglihatan itu sebagai panah iblis yang berbisa, maka siapa yang mengelakkannya kerana takut padaKu, maka Aku akan menggantikannya dengan iman yang dirasakan manisnya dalam hati…
33. “Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia, umpama kaca mata yang bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa”
34. “Kekecewaan mengajar kita erti kehidupan. Teruskan perjuangan kita walaupun terpaksa menghadapi rintangan demi rintangan dalam hidup”
35. Tanda Orang Bijaksana Ialah Hatinya Selalu Berniat Suci; Lidahnya Selalu Basah Dengan Zikrullah; Matanya Menangis Kerana Penyesalan (Terhadap Dosa); Sabar Terhadap Perkara Yang Dihadapi Dan Mengutamakan Akhirat Berbanding Dunia.
36. Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah zalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.”
37. “Hidup umpama aiskrim. Nikmatilah ia sebelum cair”
38. “Kata-kata itu sebenarnya tidak mempunyai makna utk menjelaskan perasaan. Manusia boleh membentuk seribu kata-kata, seribu bahasa. Tapi kata-kata bukan bukti unggulnya perasaan”
39. “Hidup tidak boleh berpandukan perasaan hati yg kadangkala boleh menjahanamkan diri sendiri. Perkara utama harus kita fikirkan ialah menerima sesuatu atau membuat sesuatu dgn baik berlandaskan kenyataan”
40. “Hidup adalah gabungan antara bahagia dan derita. Ia adalah menguji keteguhan iman seseorang. Malangnya bagi mereka yg hanya mengikut kehendak hati tidak sanggup menerima penderitaan.
41. Hadiah Terbaik :
                                    Kepada kawan  :  Kesetiaan
                                    Kepada musuh  : Kemaafan
                                    Kepada ketua  : Khidmat
                                    Kepada yang muda  :  Contoh terbaik
                                    Kepada yang tua  :  Hargai budi mereka dan                              kesetiaan.
                                    Kepada pasangan  : Cinta dan ketaatan
                                    Kepada manusia  :  Kebebasan
42. “Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi merupakan satu cara menyelesaikan masalah yg paling berkesan”
43. “Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain, janganlah hidup seperti duri mencucuk diri dan menyakiti orang lain.”
44. “Dunia ini ibarat pentas. Kita adalah pelakonnya. Maka berlumba-lumbalah beramal supaya hidup bahagia di dunia dan akhirat”
45. “Akal itu menteri yang menasihati, Hati itu ialah raja yang menentukan, Harta itu satu tamu yang akan berangkat, kesenangan itu satu masa yang ditinggalkan”.
46. “Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”
47. “Cakap sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi dari nenek moyang”
48. “Ingatlah, sabar itu iman, duit bukan kawan, dunia hanya pinjaman dan mati tak ber teman..”
49. “Lidahmu adalah bentengmu, jika anda menjaganya maka ia akan menjagamu, dan jika anda membiarkannya maka ia tidak akan mempedulikanmu”
50. “Orang yg paling berkuasa adalah orang yg dapat menguasai dirinya sendiri”
51. “Seseorang menganggap sekatan sebagai batu penghalang, Sedangkan orang lain menganggapnya sebagai batu lonjatan.”
52. “Kalau kita melakukan semua yang kita upaya lakukan, sesungguhnya kita akan terkejut dengan hasilnya.”
53. “Kita selalu lupa atau jarang ingat apa yang kita miliki, tetapi kita sering kali ingat apa yang ora ng lain ada.”
54. “Apa yang diperolehi dalam hidup ini, adalah sepenuhnya daripada apa yang kita berikan padanya.”
55. “Fikirkan hal-hal yang paling hebat, Dan anda akan menjadi terhebat. Tetapkan akal pada hal tertinggi, Dan anda akan mencapai yang tertinggi.”
56. “Dunia ini tiada jaminan melainkan satu peluang..”
57. “Kehidupan kita di dunia ini tidak menjanjikan satu jaminan yang berkekalan. Apa yang ada hanyalah percubaan, cabaran dan pelbagai peluang.Jaminan yang kekal abadi hanya dapat ditemui apabila kita kembali semula ke pada Ilahi.”
58. “Rahsia kejayaan hidup adalah persediaan manusia untuk menyambut kesempatan yang menjelma..”
59. “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fizikal,tetapi ianya datang dari semangat yang tidak pernah mengalah.”
60. “Mengetahui perkara yang betul tidak memadai dan bermakna jika tidak melakukan perkara yang betul.”
61. “Kecemerlangan adalah hasil daripada sikap yang ingin sentiasa melakukan yang terbaik.”
62. “Jadikan sebagai aturan hidup untuk melakukan yang terbaik dalam apa jua yang dilakukan, pasti akan menghasil kecemerlangan


Rabu, 18 September 2013

** Politik dan Islam **

                                                      ** Politik dan Islam **
 “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (al Qur’an) untuk menjelaskan sesuatu” (TQS. An Nahl: 89)
 “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai islam itu jadi agama bagimu” (TQS. Al Maidah: 3)
Islam adalah agama (ad diin) ataupun mabda yang berbeda dengan yang lainnya. Islam tidak hanya mengatur urusan spiritual (ruhiyyah) saja, melainkan juga meliputi masalah politik (siyasiyyah). Islam mencakup aqidah spiritual dan politik (al-aqidah ar-ruhiyyah wa as siyasiyyah). Artinya selain mengatur urusan yang bersifat spiritual seperti, pahala dan dosa, siksa, surga dan neraka, hal-hal yang ghaib, serta tata cara ibadah (seperti sholah, zakat, puasa, dan haji); islam juga mengatur urusan yang menyangkut kehidupan bermasyarakat (politik atau siyasiyyah) seperti masalah perekonomian, pendidikan, interaksi pria dengan wanita, penggalian dan penerapan hukum, termasuk kepemimpinan dan kenegaraan.
Allah telah memerintahkan kepada rasulullah saw., untuk memimpin umat manusia secara umum dalam rangka mengurus dan menegakkan hukum Allah sesuai dengan hukum-hukum yang telah Allah turunkan terhadap mereka. Allah telah memerintahkan untuk membawa hukum-hukum Allah kedalam ranah politik untuk dijadikan aturan dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu” (TQS. Al Maidah: 49)
Barang siapa yang melepaskan keterikatannya dari apa yang Allah turunkan, baik dalam masalah ruhiyyah ataupun masalah siyasiyyah, baik kedua-duanya maupun salah satunya, Allah menghukumi mereka dengan ungkapan Kafir, Zalim atau Fasik (lihat QS. 5: 44,45 dan 47). Oleh karena itu keterikatan dan ketundukan terhadap hukum Allah merupakan perkara wajib bagi setiap muslim.
 “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”(TQS. An Nisa: 65) 
Istilah siyasiyyah (politik) telah banyak digunakan oleh ulama terdahulu maupun sekarang dalam kitabnya. Ibn Taimiyah dalam kitab as Siyasah Syar’iyah, imam al Mawardi dalam Ahkamus Sulthoniyyah, ataupun Taqiyuddin an Nabhani dalam kitab Mafahim Siyasiyah-nya, dan masih banyak lainnya.
“Bani Israil urusannya selalu diatur oleh para nabi, apabila ada seorang nabi yang meninggal dunia, maka akan digantikan dengan nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi lagi setelahku, tapi akan terdapat banyak khalifah, para sahabat bertanya: apa yang engkau perintahkan kepada kami? Rasul saw., menjawab: penuhilah bai’at bagi khalifah yang pertama (yang lebih dahulu di bai’at) dan hanya yang pertama (saja), karena Allah akan menanya mereka tentang apa-apa yang mereka urusi.” (THR. Bukhari-Muslim)
Secara bahasa, politik (siyasah) berasal dari kata sasa, yasuusu, siyasatanyang berarti mengurusi kepentingan seseorang. Dalam kamus al-Muhith disebutkan bahwa ar-ra’isata siyasatan berarti ‘saya memerintahnya dan melarangnya’.
Abdul Qadim Zallum dalam Afkaru Siyasiyyah mendefinisikan politik dengan makna mengatur urusan umat, baik secara dalam maupun luar negeri. Definisi tersebut bersifat umum, karena menggambarkan realitas aktivitas politik yang dipahami semua orang. Namun demikian masing-masing manusia memiliki mekanisme yang berbeda terkait dengan bagaimana proses pengurusan (ri’ayah) terhadap diri mereka.
Aktivitas politik dalam islam diperankan baik oleh pemerintah (ulil amri) ataupun oleh umat, baik secara berjamaah maupun secara individu. Negara adalah institusi yang mengatur urusan umat secara praktis, baik dengan penerapan kebijakan, peraturan, maupun sanksi hukum; sedangkan umat wajib mengawal maupun melakukan koreksi terhadap aktivitas yang diterapkan pemerintah (muhasabah lil hukm), berdasarkan hukum syara.
Dalam konteks dalam negeri, politik negara islam dilakukan dengan menerapkan hukum islam dalam setiap aspek kehidupan. Negara mengatur muamalat, menengakkan uqubat, memelihara akhlak, menjamin syi’ar-syi’ar ibadah dan mengurus kemaslahatan umat berdasarkan islam. Dalam konteks luar negeri, politik daulah islam diwujudkan dengan menjalin hubungan dengan berbagai bangsa, umat dan negara lain. Kaidah politik luar negeri islam dibangun atas dasar da’wah dan jihad, yang tujuannya adalah mendakwahkan islam ke seluruh penjuru dunia.
 “Tidaklah seorang hamba yang diserahi tugas oleh Allah untuk mengatur urusan umatnya, tetapi dia tidak melakukannya dengan penuh nashihat (berbuat dzalim), kecuali dia tidak akan merasakan baunya surga.” (THR. Bukhari)
Masalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin merupakan hal yang tak bisa luput dari aktivitas politik dalam islam. Karena pada dasarnya pemimpin (Khalifah)lah yang bertanggung jawab atas pengurusan kehidupan masyarakat islam.  
Pada masa sahabat, peristiwa paling penting dan mendesak setelah wafatnya rasulullah adalah masalah kepemimpinan bagi kaum muslimin. Peristiwa di Tsaqifah bani Saidah atau pengangkatan Abu Bakar ra., sebagai khalifah menunjukkan betapa urgentnya masalah kepemimpinan umum ditengah-tengah kehidupan kaum muslimin. Padahal saat itu jasad manusia mulia yang bernama Muhammad bin Abdullah, rasulullah saw., belum lagi dikuburkan, tetapi para sahabat lebih memilih untuk mendahulukan pengangkatan seorang pemimpin bagi kaum muslimin (khalifah) dan menunda penguburan jenazah rasulullah saw., hingga tiga hari dua malam, sementara sahabat lainnya mendiamkan perkara tersebut.
Penundaan pengurusan jenazah Rasulullah saw., dan pengangkatan Abu Bakar ra., sebagai Khalifah tidaklah menunjukkan apa pun, kecuali ijmak sahabat mengenai keutamaan mengangkat khalifah (pemimpin bagi kaum muslimin) dibanding dengan kewajiban menguburkan jenazah, sekalipun jasad rasulullah saw.  Bukankah rasulullah saw., pernah bersabda bahwa umat terbaik adalah generasi para sahabat, lalu generasi setelahnya (tabi’in), dan generasi setelahnya lagi (tabi’it tabi’in)?! Lantas siapakah yang lebih benar perkataannya dari rasulullah saw., bila ada orang yang mengatakan bahwa para sahabat ra., di tsaqifah bani saidah adalah orang-orang yang melakukan makar atau kemaksiatan ? 
Secara berkelompok, Allah memerintahkan kepada umat manusia yang beriman melakukan aktivitas politiknya sebagai berikut:
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan (islam), menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Ali Imron: 104)
Dalam pelaksanaan aktivitas politiknya- secara terorganisasi –kelompok-kelompok tersebut dapat berupa kelompok (jamaah), gerakan-gerakan (harokah), organisasi politik kemasyarakatan (jama'ah siyasiyyun) atau partai politik (hizb). Namun demikian, saat ini penggunaan-penggunaan istilah selain partai politik, lebih banyak mengambil peran negara- yang tidak dapat diperankan negara dengan semestinya -secara praktis.
Pemahaman tentang aktivitas politik umat secara berkelompok ini semakin kabur ketika sekularisme masuk kepemikiran umat islam, bahkan ketika kita mendengar istilah hizb (partai politik), maka yang terlintas dibenak kita adalah kelompok yang akan berebut kekuasaan atau parlemen. Padahal aktivitas politik umat secara berkelompok ini adalah dalam tataran seruan (da’wah)- baik kepada pemerintah maupun masyarakat -untuk memeluk islam, berbuat kemakrufan sebagaimana islam memerintahkan, dan menjauhi kemungkaran sebagaimana islam melarangnya.
Secara individu, seorang muslim juga diperintahkan untuk senantiasa berpolitik dalam rangka memperhatikan urusan sesama mereka, bahkan walaupun hanya dalam bentuk perhatian atau sebatas memikirkannya saja.
“Barang siapa yang pada waktu shubuh (terbangun), tetapi keinginannya adalah selain keridhaan Allah, maka dia bukan termasuk yang diridhai Allah; dan barang siapa yang pada waktu shubuh (terbangun), tetapi tidak memperhatikan (sedikit pun) urusan kaum muslimin, maka dia bukan bagian dari mereka.” (THR. Hakim)                                                                                                                              
Oleh karena itu, sistem politik dalam pandangan islam adalah hukum atau pandangan yang berkaitan dengan bagaimana pengurusan dan pengaturan masyarakat dengan hukum islam. Selain itu islam pun telah menetapkan asas bagi sistem politiknya. Asas-asas tersebut adalah:
1.      Kedaulatan ada di tangan syara’
2.      Kekuasaan ada di tangan umat
3.      Pengangkatan khalifah untuk seluruh umat muslimin hukumnya wajib
4.    Khalifah, satu-satunya yang berhak untuk mengadopsi hukum syara untuk dijadikan undang-undang (Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual)
 Keempat asas ini harus ada dalam sistem politik islam. Apabila salah satu dari keempat asas ini dihilangkan, maka sistem politik islam akan hancur. Perhatikanlah !!


“” Dampak DOSA dan MAKSIAT “”

                            “” Dampak DOSA dan MAKSIAT “”

Setiap kita tentunya menginginkan kehidupan yang baik, bahkan lebih baik. Kehidupan yang baik tersebut akan kita dapat jika kehidupan kita dinaungi keridhaan Allah SWT. Kehidupan yang baik didasari ketakwaan kepada Allah. Faktor materi berupa kekayaan, pangkat dan jabatan tidak bisa menjadi standar pertama dalam menilai baiknya kehidupan seseorang. Karena takwa adalah standar utama dalam mengukur baiknya kehidupan.
            Untuk mendapatkan kehidupan yang diridhai Allah SWT. perlu usaha dan perjuangan. Karena tidak sedikit godaan, baik dari dalam diri maupun dari luar yang bisa memalingkan kita dari upaya menggapai ridha Allah SWT. Tidak sedikit sarana-sarana yang bisa menggelincirkan kita berbuat dosa dan maksiat. Padahal dosa dan maksiat adalah sumber kesengsaraan hidup. Dosa dan maksiat menjauhkan seseorang dari hidup penuh kebaikan dan kebahagiaan. Maka agar kita bisa terhindar dari maksiat dan dosa, mari kita telusuri dampak dari kedua hal tersebut. Karena mengetahui bahaya dari sesuatu bisa mendorong kita untuk menjauhi hal tersebut.

-         Dampak dari perbuatan dosa dan maksiat :

(1) Pertama : Rasa gundah dan gelisah.
-         Dampak ini menurut ‘Aidh Al-Qarni seorang Ulama Islam terkemuka merupakan dampak yang paling menonjol. Allah SWT. berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى

‘’ Artinya: Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, kamu  melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Taha: 124-126).
Ketika ketenangan jiwa menjadi sutau yang sangat berharga, maka seorang yang seringkali berbuat maksiat dan dosa tidak dapat merengkuhnya. Rasa gelisah menandakan hilangnya ketenangan jiwa. Kekayaan yang melimpah dan kekuasaan yang meluas tanpa ketenangan jiwa adalah nonsen. Rasa gelisah bisa menghancurkan kenikmatan-kenikmatan kasat mata.

 (2) Kedua :Terhalangnya rizki.
-         Para Ulama membagi dampak ini kepada dua bentuk, pertama terhalangnya turun rizki itu sendiri, kedua terhalangnya keberkahan dari rizki yang turun. Perbuatan maksiat dan dosa bisa membuat seseorang menjadi miskin dan berada dalam kesengsaraan. Dan bisa menyebabkan tercerabutnya keberkahan dari rizki yang ada, meskipun rizki datang namun tidak ada keberkahan di dalamnya.

 ‘’ Benarlah apa yang diungkapkan oleh Sahabat Rasulullah Saw. Ibnu Abbas ra.: Bahwa kebaikan itu memberikan kecerahan pada wajah dan cahaya di hati, kelapangan rizki, mahabbah (kecintaan) pada hati makhluk. Dan kemaksiatan itu menyebabkan warna hitam (kegelapan) pada wajah dan hati, kesempitan rizki dan kemarahan di hati makhluk.

 (3) Ketiga : Maksiat dan dosa bisa menyebabkan lupa.

Dikisahkan oleh Imam Ibnu Taimiyah bahwa seorang fulan berkata bahwa: Ia pernah melihat sesuatu yang haram, sehingga ada orang saleh yang menegurnya, apakah engkau tadi melihat sesuatu yang haram (dilihat)?, sungguh engkau akan merasakan dampaknya meskipun nanti pada waktu yang akan datang, kata orang saleh. Maka hafalan Al-Qur’an akupun hilang ketika aku berumur lebih dari empat puluh tahun.
Imam Syafi’i pernah mengadu kepada guru beliau Imam Waki’ lantaran lemahnya hafalan. Maka Imam Waki’ berwasiat agar muridnya itu meninggalkan maksiat. Maka ketika Imam Waki’ ditanya tentang resep yang paling jitu untuk menugatkan hafalan beliau menjawab dengan: Demi Allah aku tidak mendapatkan resep yang paling ampuh untuk hafalan dibanding meninggalkan maksiat.

 (4) Keempat : Timbulnya rasa marah pada hati makhluk.

‘’ Cinta dan murka yang ada pada diri makhluk pada dasarnya datang dariAllah SWT.
            Karena itu kita bisa memahami hadits dalam kitab Shahih Bukhari: Apabila Allah SWT. cinta terhadap seorang hamba, ia akan berkata kepada Jibril “Aku mencintai fulan”, maka Jibrilpun ikut mencintainya. Maka Jibril menyampaikan kepada penuduk langit bahwa Allah SWT cinta kepada fulan maka cintailah ia, maka mereka mencintai fulan tersebut, kemudian ditetapkan baginya rasa penerimaan di Bumi. Dan apabila Allah SWT. murka kepada seorang fulan maka ia akan berkata kepada Jibril bahwa ia murka terhadap seorang fulan, maka Jibrilpun murka terhadapnya dan ia menyampaikan kepada Malaikat bahwa Allah SWT. murka terhadap fulan maka merekapun murka kepadanya, kemudia ditetapkan kemurkaan baginya di Bumi.

 (5) Kelima  : Rasa keterasingan dan kesenjangan dari Allah SWT.

‘’ Keterasingan ini menghilangkan kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup. Harta dan anak tidak lagi menjadi nikmat. Kemapanan materi tidak bisa mengalahkan besarnya derita yang timbulkan karena rasa keterasingan dari Allah SWT. tersebut. Rasa keterasingan ini memiliki beberapa dampak diantaranya:

1.     Hilangnya rasa percaya terhadap janji Allah SWT. Tidak yakin terhadap balasan kebaikan, surga dan seterusnya. Ketika membaca mushaf tidak yakin dengan janji Allah SWT. tentang kebaikan dan kenikmatan. Ayat-ayat kabar gembira itu hanya berlalu tanpa membekas sedikitpun dalam dirinya karena memang ia tidak yakin dengan ayat-ayat tersebut.
2.     Tidak bisa husnu zhan dengan Allah SWT.
3.     Tidak mau menuduh dirinya bersalah. Karena memang seakan hubungannya sudah terputus dari Allah SWT. Firman-firman Allah SWT. tidak membuatnya terpengaruh apalagi untuk introspeksi diri.  Dan ini adalah diantara tanda munafik. Imam Hasan basri berkata: “Tidak takut kepada Allah SWT. kecuali orang mukmin, dan tidak merasa aman dari siksa Allah SWT. kecuali orang munafik”.

(6) Keenam : Umur yang berlalu sia-sia.

‘’ Bahwa waktu adalah aset yang paling berharga bagi manusia, karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa kembali dan tergantikan. Sayang sekali kehidupan di Dunia yang berlalu begitu cepat ini diisi dengan kemaksiatan dan dosa. Padahal umur yang kita jalani di Dunia sebagaimana yang diungkapkan Al-Qur’an ketika menggambarkan fenomena Akhirat nanti:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

 ‘’Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An Nazi’at: 46).
            Batapa merugi orang yang mengisi waktu dan umurnya di Dunia ini dengan dosa dan maksiat. Padahal Dunia adalah tempat dimana Muslim mengumpulkan bekal untuk menuju Akhirat.

( 7) Ketujuh : Mendapat  adzab di Akhirat.

‘’ Bahwa siksaan di Ahirat sangat pedih. Dunia tempat menanam dan Akhirat tempat menuai. Siapa yang ingin dibebaskan dari Neraka maka hendaknya ia meninggalkan jauh-jauh kemaksiatan dan dosa. Karena Neraka betapa pedih dan menghinakan penghuninya. Allah SWT. berfirman:

رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

‘’ Artinya: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (Ali Imran: 192).
            Dan siapa yang selamat dari Neraka maka sungguh ia telah beruntung. Allah SWT. berfirman:

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُور ِ

‘’Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185).
           
Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kita kekuatan untuk bisa meninggalkan kesia-siaan apalagi maksiat dan dosa.
Semoga Allah SWT. menetapkan kita dalam Islam dan Iman.
Mengarahkan hati kita untuk senantiasa taat dan mengingatNya

               



                             

                                                                                     09 September 2013

                                                                                        Irfan Taufiq