Selasa, 24 September 2013

*** MENCARI KETENANGAN HATI ***

                                         MENCARI KETENANGAN HATI                                  
USAHA  MENJAGA  HATI 
Begitu banyak dalil-dalil dari al-Qur'an dan Sunnah yang berbicara masalah hati, menganjurkan agar senantiasa bersih dan suci. Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentang hatimu, bacalah firman Alloh عزّوجلّ berikut ini:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

 ‘’ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya ‘’ . (QS.al-lsra'[17]:36)
            Maksudnya, setiap anggota badan yang disebutkan di dalam ayat ini akan ditanya tentang apa yang ia perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami' li Ahkamil Qur'an 5/169)
           Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلب         

 ‘’ Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.’’ (HR. Bukhari 52, Muslim 1599)
            Sahabat mulia Abu Hurairah رضي الله عنه mengatakan: "Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula seluruh prajuritnya." (Majmu' Fatawa 10/15)
            Sahabat yang lain, Salman al-Farisi رضي الله عنه mengatakan: "Setiap orang mempunyai amalan yang lahir dan batin. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya, sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya maka Allah akan merusak amalan lahirnya." (Az-Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal. 17, Hilyah Auliya 1 /203, lihat Ma'alim fi  Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
            Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak perhatian terhadap hati merupakan sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut ini.
           Hasan al-Bashri رحمه الله berkata: "Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hamba-Nya terletak pada baiknya hati." (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
           Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: "Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua perkara,sedangkanamal-an anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyem-purnanya. Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal per-buatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya sedangkan anggota badan adalah cabang darinya." (Bada'i Fawaid 3/224)
              Imam asy-Syathibi رحمه الله mengatakan: "Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila lahiriahnya istiqamah maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaidah yang umum pada masalah fiqh, seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah ini sangat bermanfaat dalam syariat ini." (al-Muwafaqat 1/233)
              Imam Ibnu Muflih رحمه الله mengatakan: "Baiknya hati sumber segala kebaikan dan rusaknya hati sumber segala kejelekan, karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: 'Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.' Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin." (al-Adab asy-Syar'iyyah 3/111) 
                                                                   
KETENANGAN HATI
              Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia telah membuai sebagian manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya mengejar dunia serta lupa akan akhirat, merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati.
              Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan: "Hati saya sedang gelisah, gersang, dan tidak tenang", "Aku melakukan dosa ini demi ketenangan hati", "Ah... biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan tenteram."
             Alasan seperti itu, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah dengan berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid'ah seperti dzikir bersama? Ingatlah, mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu Ilahi, alih-alih ingin menggapai ketenangan hati malah beban pikiran semakin bertambah dan hati semakin tidak karuan.
             Semoga Allah merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan: "Menyucikan jiwa lebih berat dan lebih sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa menyucikan jiwanya dengan cara riyaadhahah
[1] menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, dia laksana orang sakit yang mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan dokter? Para rasul, mereka adalah dokternya hati.Tidak ada cara untuk menyucikan jiwa dan membagusi hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk, patuh, dan berserah diri." (Madarijus Salikin 2/328)
1. Istilah kaum sufi, maksudnya melatih diri untuk menuju Alloh. 
KIAT MENGGAPAI KETENANGAN HATI 
           Setelah kita pahami bersama, bahwa mencari ketenangan jiwa harus melalui bimbingan wahyu dan petunjuk para rasul, maka berikut ini kami berikan sebagian kiat-kiat syar'i yang kami nukilkan dari sebagian kitab para ulama.[1] Pahamilah dan resapi, semoga hati kita menjadi baik kembali.                                                                   
                                                                    
1. Sub pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Zadul Ma'ad 2/23 karya Imam Ibnul Qayyim dan al-Wasail al-Mufidah lil Hayatias-Saidah oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa'di dengan tambahan referensi lainnya oleh penulis. 

1. Tauhid, Iman, dan Amal Shalih 
            Banyak orang salah persepsi dalam memaknai kebahagian dan ketenteraman. Begitu banyak orang yang menyang ka bahwa ketentraman itu hanya dengan harta yang banyak, makanan yang enak, rumah yang luas, dan istri yang cantik. Sebagian yang lain mengartikan bahwa ketenangan itu tercapai apabila badan ini sehat dan ekonomi tercukupi. Persepsi semacam ini tidak seluruhnya benar, memang manusia difithrahkan untuk mencintai wanita, harta, dan anak-anak, tetapi hal itu bukan segala-galanya. Esensi kebahagian dan ketenangan adalah dengan bertauhid, mengesakan Allah, bahwa Dialah satu-satunya llah yang berhak di ibadahi, beriman dan mengerjakan amalan shalih; hal ini sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ    

 ‘’ Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ‘’. (QS. an-Nahl [16]: 97) 
             Tauhid seorang insan apabila semakin kuat dan sempurna akan menambah kelapangan hati dan ketenangan. Alloh عزّوجلّ berfirman:

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِّن رَّبِّهِ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
 ‘’ Maka apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang keras hatinya)? Maka kecelakaan besarlah mereka yang telah membatu hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata ‘’. (QS. az-Zumar [39]: 22)
Firman Allah yang lain:

فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ 


 ‘’Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. ‘’ (QS. al-An'am [6]: 125)
            Imam Ibnul Qayyim berkata: "Di antara bentuknya adalah cahaya keimanan yang Allah tanamkan pada diri seorang hamba. Apabila cahaya ini telah tertanam, akan melapangkan dada dan membuat hati senang. Sebaliknya apabila cahaya ini hilang maka seorang manusia akan berada dalam kesusahan dan kesempitan, bagaikan orang yang berada dalam penjara yang sempit lagi sulit." (Zadul Ma'ad 2/24)

2. Ilmu 

            Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم, bukan ilmu duniawi atau ilmu yang dilarang seperti sihir dan lainnya.
[1] Semakin luas ilmu seseorang, semakin lapang dan tenteram pula dada dan hatinya. Apa rahasianya? Karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing menuju kebaikan, ia menjadi hamba yang paling takut kepada Allah. Selalu berhias dengan perangai ketaqwaan. Allah عزّوجلّ berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

 ‘’ Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama ‘’ (QS. Fathir [35]: 28)
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ 

 ‘’ Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya. (HR. Bukhari 71, Muslim 1037)
              Imam Nawawi رحمه الله berkata: "Di dalam hadits ini ditunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketaqwaan." (Syarah Shahih Muslim 7/104)

3. Dzikir

              Kebutuhan dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Dzikir bagi hati ibarat air bagi seekor ikan, maka bagaimanakah keadaan ikan jika dipisahkan dari air?" (al-Wabilush Shaib hal. 93)

Allah عزّوجلّ berfirman:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

 ‘’ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram.’’ (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
             Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di: "Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa hati tidak akan tenang kecuali hanya dengan dzikir." (Taisir Karimir Rahman hal. 372)
             Akan tetapi ingatlah selalu bahwa dzikir itu adalah ibadah, maka harus sesuai dengan tuntunan syar'i dalam pelaksanaannya, tidak sebagaimana metode-metode dzikir yang berkembang dewasa ini yang jauh dari rel syar'i.

4. Berbuat Baik Kepada Manusia

              Orang yang berbuat baik kepada manusia -baik dengan harta, kedudukan, dan badannya- adalah orang yang paling bahagia dan lapang hatinya. Sedangkan orang yang bakhil, dia adalah orang yang paling susah dan sempit jiwanya; dia sering mengeluh dan bersedih. Maka bersegeralah wahai saudaraku, berbuat baiklah kepada sesama! Semoga Alloh memberi ganjaran yang besar kepadamu.
Allah berfirman:

ل
اَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً 

 ‘’ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shadaqah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ‘’ (QS. an-Nisa'[4]: 114)
             Syaikh Abdurrahman as-Sa'di رحمه الله mengatakan: "Alloh mengabarkan dalam ayat yang mulia ini bahwa perkara-perkara di atas semuanya adalah kebaikan. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan menolak kejelekan. Seorang muslim yang hanya mencari pahala maka Alloh akan memberinya pahala yang besar, di antara bentuknya ialah dengan menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan segala kotoran penyakit. (al-Wasail al-Mufidah hal. 13)

5. Hilangkan Penyakit Hati

              Hati dapat merasakan sakit sebagaimana anggota tubuh lainnya. Kalau sakitnya badan perkaranya mudah, banyak obat bisa dicari. Namun kalau hati ini telah sakit, terpenuhi racun kotoran hati maka obatnya tidak boleh sembarangan, harus benar-benar mujarab. Oleh karena itu wahai saudaraku, jauhilah racun perusak hati; di antaranya: banyak bergaul, bicara, makan, tidur, dan banyak memandang. Perkara-perkara semacam ini membuat hati sempit, malas, dan bahkan membawa matinya hati.

1. Lihat penjelasan yang bagus oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/488-494, lihat pula AL FURQ0N edisi 1 /IV (1425H). 

6. Mentadabburi al-Qur'an 

               Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengatakan: "Hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan keyakinan. Tidak ada jalan untuk menggapai iman dan keyakinan kecuali dengan al-Qur'an. Karena tenang dan tenteramnya hati termasuk keyakinannya terhadap al-Qur'an, dan guncangnya hati pertanda keraguannya. Dengan al-Qur'an dapat tergapai keyakinan dan tertolak keraguan, sangkaan, dan kebimbangan. Maka tidak akan tenang hati seorang muslim kecuali dengan al-Qur'an." (Madarijus Salikin 2/535)

Alloh عزّوجلّ berfirman: '

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

 ‘’ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.’’  (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
              Maka mulai detik ini, renungi dan pahamilah al-Qur'an, kaji lebih dalam lagi, jangan engkau berpaling darinya, karena Allah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS.Thaha [20]: 124) 
OPTIMIS MENATAP MASA DEPAN 
              Wahai saudaraku seiman... janganlah engkau bersedih, gundah, dan resah dalam menghadapi kehidupan ini. Ingatlah, dunia ini adalah tempat perjuangan, problematika yang menghadang hanyalah bumbu kehidupan yang akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu dan kuatnya keimananmu. Berdo'a dan memintalah tolong kepada Allah dalam menghadapi persoalan hidup, bersemangatlah selalu untuk menggapai yang bermanfaat, lupakan yang telah berlalu dan janganlah ungkit-ungkit kejadian yang telah lewat, semangatlah dalam menghadapi hari depanmu. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
 ‘’ Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh, dan janganlah lemah. Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan: "Andaikan aku mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu." Akan tetapi katakanlah: "Qadarullah wama Sya'a Fa'al (Semua ini taqdir Allah, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki)." Karena kata lau (andaikan) membuka pintu bagi amalan setan. (HR. Muslim 2664, Ibnu Majah 79, Ahmad 2/366) 
       Akhirnya kita memohon kepada Allah agar memperbaiki hati-hati kita, menjadikannya bersih dari segala kotoran, tenang, dan tenteram. ....Amiin.
        Wallahu A'lam





-           IR        -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar